Kutukan Self Employee
7 July 2025Tadi malam saya menonton podcast-nya Medy Renaldy, bersama Bang David GadgetIn. Ada satu kalimat dari Bang David yang langsung menempel di kepala saya,
“Bisa bekerja kapan pun secara fleksibel itu adalah kutukan.”
Sekilas, kalimat ini terdengar bertentangan dengan narasi umum soal freelancer. Banyak orang justru memuji fleksibilitas waktu sebagai alasan utama kenapa mereka memilih jalur non kantoran.
Tapi, sudut pandang Bang David ini sangat masuk akal.
Dengan waktu yang fleksibel, kita memang bisa bekerja kapan pun. Tapi justru karena “bisa kapan pun”, kita cenderung bekerja tanpa batas waktu, kadang lebih dari delapan jam sehari, tanpa sadar.
Di sisi lain, fleksibilitas itu juga bisa membuat kita menunda pekerjaan, merasa waktu masih panjang, dan akhirnya tidak menyelesaikan apapun.
Sebagai pekerja kreatif, saya sangat merasakan ini. Salah satunya saat harus membuat portfolio. Padahal portfolio adalah hal penting untuk menarik klien baru, bahkan bisa dibilang aset utama kita. Tapi entah kenapa, membuatnya terasa sangat berat.
Bukan karena sulit secara teknis, tapi karena secara psikologis, rasanya berat memulai. Portfolio tidak langsung menghasilkan dampak, jadi sering terasa seperti kerja yang “tidak urgent”. Ditambah lagi dengan rasa malas yang muncul karena tidak ada deadline, dan pikiran bahwa masih ada waktu, semua itu jadi alasan untuk menunda-nunda.
Fleksibel memang terdengar menyenangkan, tapi bisa membuat kita kehilangan disiplin.